KESABARAN
SANG KIAI
BY
: Dr. KHOZIN
Dimalam
yang penuh rahmat Allah. Seorang guru bersujud, berpasrah, mendo’akan
santri-santri yang menjadi kebanggaan beliau. Malam yang hening, sunyi
terdengar suara radio malam berbunyi dimalam sepertiga yang sunyi. Seorang guru
menjadi panutan para santri, beliau berdo’a dengan segenap ketulusannya. Dari
arah timur terdengar adzan subuh berkumandang.
Allohu
Akbar 2x...
Sang
Kiai : Masya Allah, anak-anak ini
dimana ?
Beliaupun berjalan menuju kamar santri putra, dan melihat santrinya masih
terlelap dalam pulau kapuk.
Sang
Kiai : ( tertegun ) Masya Allah,
lah kog nglekor tenan.
Ayo bangun,bangun. Rasyid, rifai, ayo bangun,
bangun.
Rasyid :
ehm...masih ngantuk yai.
Sang
Kiai : Semua juga ngantuk, ayo
bangun, ambil wudhu.
Rifa’i : Pak kiai ini gimana toh? Inikan
masih jam 12 malam.
Sang
Kiai : Kamu ini nglindur ya. Jam
kamu mati ya ?. ini sudah subuh semua mushola sudah adzan. Cepat ambil wudhu.
Rasyid : Siap yai.
Setelah
meninggalkan santri putra, berlanjut
menuju santri putri.
Sang
Kiai : Allohuakbbar...
perawan-perawan, sudah subuh masih tidur. Fatimah, Rosyiana ayo bangun. Subuh.
Rosyiana
: Engjeh pak yai, siap ada maling
disana.
Sang
Kiai : Maling-maling, yang maling
tuh syetan. Sudah jangan ngaco. Sudah subuh segera ambil wudhu.
Rosyiana : Engjeh yai.
Beliaupun
menuju ke tempat sholat untuk berjama’ah. Selama berjama’ah, masih ada
hawa-hawa syetan yang merasuk dalam bisikan. Saat semua salam. Ada salah satu
santri yang lama bersujud. Melihat hal itu beliau membangunkannya.
Sang
Kiai : ehm ( dehem dengan keras )
Alif : Siap komandan, pencurinya
sudah ketemu. Eh... romo yai, ngapunten lagi belajar militer.
Sang
Kiai : Iya, Insya Allah kamu jadi
komandan. Tetapi jadilah komandan yang istiqomah dengan subuhnya ( kembali
menjalani wiridannya).
Rasyid :
HAHAHAHA. . . komandan mimpi kali ya. ( agak berbisik )
Begitulah
sifat beliau kepada muridnya, walaupun para santri membuat beliau selalu
mengucapkan Istighfar. Beliau tidak pernah mengucapkan perkataan yang kasar,
bahkan membunuh perasaan para santri. Sifat yang bijaksana, welas asih, rasa
ingin membuat perubahan. Suatu hari 2 santri putra pergi membeli rokok untuk
sang Kiai. Ditengah perjalanan mendengar suara perempuan meminta tolong.
Merekapun berdua menuju suara tersebut.
Rasyid :
Hei... bang, jenengan ngapain ?
Alif : Mbak Anna tidak papa ?
Anna : Tidak papa ( dengan wajah
ketakutan .
Preman/Joko : kalian ini mengganggu saja.
Alif : mengganggu gimana bang ?
kita mau membantu mbak Anna dari bahaya.
Joko : Kamu pikir saya berbahaya.
Alif : Saya tidak bilang, abang
berbahaya.
Rasyid :
bang, tidak baik berduaan ditempat sepi.
Joko : Halah,,, jangan munafik loe,
sok alim. Anak kecil tahu apa.
Alif : Kita mengingatkan abang,
jangan terlalu menggoda gadis ditempat sepi, nanti ada syetannya.
Joko : iya, syetannya kalian berdua!
Rasyid :
bang kan kita bicara baik-baik( mulai bernada tinggi ).
Alif : Rasyid, jangan pake
kekerasan, gak boleh. Maafkan kami bang, kami mengingatkan abang saja.
Joko : halah, sok alim kalian. Dasar
anak kecil, bilang sama pak kyai mu, aku ndak takut ( lalu pergi).
Rasyid
: kalau ane besar, ane gampleng tuh orang.
Alif : Syuut, mbak Annak tidak papa
?
Anna : tidak papa, terima kasih.
Alif : monggo mbak Anna pulang
duluan.
Anna :
Iya, sekali lagi terima kasih ( lalau pergi ).
Rasyid :
ehm. .ehm . . ada yang kasmaran nie.
Alif : kamu ini, ayo cepat sudah
ditunggu santri lain.
Seperti
kegiatan biasanya, mengadakan rutinitas pengajian bersama santri putra dan
putri. Ditengah-tengah pengajian, terlihat warga kampung berbondong-bondong
menuju pondok tersebut.
Warga :
pasung, pasung
Warga :
bakar, bakar, bakar!
Joko : keluar !
Sang
Kyai : Rohman, ada apa itu ?
Rohman : Dugo yai, kulo mboten semerep.
Kadose masalahipun kang ageng.
Beliaupun
menghampiri warga, diikuti para santri yang lain.
Joko : keluar dari kampung.!
Warga :
Iya! Keluar dari kampung ini!
Sang
Kiai : emangnya ada apa ?
bapak-bapak, ibu-ibu datang kesini.
Joko : Halah, jangan sok suci, sok
alim, pakai ngajarkan anak-anak kecil sok tahu seperti santri anda( amarah
memuncak).
Sang
Kiai : permasalahan panjenengan
itu gimana ?
Joko : bilang sama santri anda jangan
munafik.
Sang
Kiai : Munafik bagaimana maksud
anda ?
Dukun/ pk dede : Santri pak kyai telah berbuat zina kepada
anak saya Anna ( marah ).
Semua
mendengar mengucapkan istighfar.
Sang
Kiai : tidak baik menuduh orang
lain pak.
Joko : bukan menuduh melainkan
kenyataan.!
Pak
dede : asal pak kyai tahu kami
sudah menerima pak kyai dikampung ini dan saya membiarkan warga berobat kepada
saya, habis dan beralih kepada pak kyai.
Sang
Kyai : ( Istighfar)
Rosyiana : Atuk ini gimana ?! rizki itu sudah
diatur oleh Yang Maha Kuase. Macam mana ini. Punya otak dipakai dikaki.
Joko : Hei...gadis! diam kau ! kalau
tak, gue sobek mulut kau.
Sang
Kyai : Sekali lagi saya minta maaf
kepada semua.
Pak
Dede : Minta maaf saja tidak
cukup, bagaimana dengan santri anda yang berbuat zina kepada anak saya !
Sang
kyai : sekali lagi saya minta
maaf. Apa benar yang pak Dede bicarakan terhadap santri saya ?
Joko : Sangat benar ! ini buktinya!
( menunjukkan foto dihpnya).
(Semua santri dan pak Kyai
beristighfar.)
Alif : Demi Allah romo yai, saya
ndak melakukan hal yang sekeji itu. Apalagi dengan wanita yang sholihah.(
memandang Joko dan bertanya). Bang, kenapa anda memfitnah saya ?
Joko : Siapa yang memfitnah ? itu
kenyataan dan itu buktinya.
Alif : Demi Allah yang menciptakan
semesta alam. Saya ndak melakukan apa yang abang Joko katakan.
Rasyid : Engjeh yai, hal itu tidak
terjadi. Itu hanya omong kosong dan fitnah.
Alif : Mbak Anna, andakan tahu yang
sebenarnya ?
Pak
Dede : Anna apa yang dikatakan
santri ini benar ?
Anna : Sa..saya..
Joko : Halah, anna itu malu pak
dede.
Zahra : Bang ! biarkan dia bicara dulu.
Tiba-tiba
pak Burhan datang dan memisahkan keduanya.
Pak
Burhan : Ada apa ini ?
Joko : ini! Pondok yang bapak
istimewakan tlah membuat rusuh kampung ini !
Anna : Tidak !
P.
dede : apa maksudmu ?
P.
Burhan : saya melihat ada yang
tidak beres dengan masalah ini.
Warga
1 : Santri pak kyai ini berbuat
zina terhadap anak Pak Dede.
P.
burhan : ( istighfar ) hal itu
tidak mungkin.
Joko : ini buktinya !
Pak
Burhan : ( berfikir) memang ini
santri pak kyai, tapi hal itu tidak mungkin terjadi. Saya yakin santri pak kyai
tidak sepereti yang kalian pikirkan.
Joko : Pak Burhan, sudahlah anda
jangan membela pondok ini, sudah sepantasnya pondok ii bubar dan kita tidak
kena adzabnya.
Semua istighfar.
Aqila : Bang, jaga mulut anda. Jangan
terlalu menuduh orang lain. Kakak saya tidak mungkin seperti itu ataukah anda
yang melakukan perzinaan terhadap mbak Anna.
Joko : ku hajar kau !( siap-siap
menghantam aqila).
Pak
Burhan : sudah,sudah, masalah ini
akan saya selesaikan. Saya mohon bapak2, ibu2 bersabar menunggu kelanjutannya.
Pak
Dede : baik, saya tunggu 2 minggu
lagi. Kalau tidak. Silahkan pak kyai dan para santri angkat kaki dari kampung
ini.
Pak
Kyai : Insya Allah.
Pak
Dede : Ayo, bapak2 ibu2 kita
kembali.
Joko : dan ajarkan santri pak kyai
berbicara sopan.
Semua
wargapun bubar. Tinggallah pak kyai dan santrinya.
Alif : romo yai, kulo nuwun
ngapunten ingkang sanget.
Pak
Kyai : Endak papa, silahkan
kalian kembali ke kamar masing2, ( santri2 keluar).
Pak
Burhan : Maafkan para warga yai.
Pak
Kyai : Tidak papa. Oh...iya pak
Burhan, kebetulan saya ingin bicara dengan anda. Boleh kerumah saya ?
Pak
Burhan : wah pak Kyai cocok sekali,
saya juga ada perlu dengan jenengan. Kalau gitu sekarang aja yai. Monggo. (
keluar bersama).
2
minggu kemudian, warga datang kembali meminta kelanjutan masalah tersebut,
setelah diteliti, alif memang tidak bersalah, tetapi si pefitnah tidak terima
dengan apa yang lebih nyata. Disaat Joko tidak terima dengan kenyataannya.
Tiba-tiba polisi datang.
Polisi
1 : Maaf mengganggu.
Joko : lah kebetulan sekali, ini
silahkan tangkap bajingan ini.
Polisi
2 : Maaf, siapa diantara kalian semua yang
bernama Joko ?
Joko
: iya, saya.
Polisi
1 : saya dapat tugas untuk membawa anda ke
kantor polisi.
Joko : Loh kog saya, kenapa ? justru
bapak menangkap santri pak kyai ini.
Anna : Tidak ! selama satu bulan saya
memendam kepada semua, termasuk kepada ayah ( menatap ayahnya) sungguh keji
yang dituduhkan bang Joko terhadao alif. Yang dituduhkan bang Joko bukanlah
yang sebenarnya. Dan ini buktinya ( memberikan Hp terhdap ayahnya).
Pak
Dede : darimana ini ?
Manda : Dari saya, tanpa sengaja saya
berada disitu. Memang benar. Joko telah melakukan tuduhan yang salah, justru
dialah yang salah.
Polisi
2 :
saya mengetahuinya, silahkan anda ikut kami ke kantor ( memegang tangan joko
dan keluar.)
Pak
Dede : Pak kyai, saya minta maaf
atas masalah ini, saya tidak tahu kalau saya dihasut untuk terus membenci anda
dan santri lain.
Pak
Kyai : tidak papa, sudah wajar
kalau manusia punya salah.
Pak
Dede : Saya khilaf, saya ingin
bertobat.
Pak
Kyai : Alhamdulillah
Pak
Dede : tuntunlah saya pada pintu
Allah.
Pak
Kyai : Insya Allah.
Begitulah
kebijaksanaan, kesabaran, ketulusan beliau untuk para muridnya dan para warga
sekitarpun menaruh kepercayaan yang lebih untuk pondok pesantren tersebut.
5 TAHUN KEMUDIAN
Para santri yang dulu, yang membuat sang kyai harus
sabar, kini menjadi sosok yang dibanggakan, sosok yang bisa sukses. Dan inilah
santri-santri yang dulunya butuh kesabaran yang tinggi.
Rasyid : Alif, KAUKAH ITU ?
Alif : Iya, siapa ya ?
Rasyid : Masya Allah, Subhanalloh lama
banget ndak bertemu, Ane Rasyid.
Alif : Rasyid Hasbulloh
Rasyid : yaiyalah masa’ Rasyid maling.
Alif : hahah ( berpeluk) gimana
kabarmu ? lama sekali.
Datang
Rahman, Haikal, dan Rifa’i datang.
Haikal : Hai ...bro. Rasyid, Alif. (
bersalaman)
Alif : Eh... kamu siapa ?
Rifai : Ah....ngaco kau ( langsung
memeluk Alif) kangen aku sama kalian. Weee... pakai jas pula. Jadi apa kau ?
Alif : jadi komandalah, seperti
do’anya romo yai.
Rohman : kalau subuh tidur tidak ? (
menggoda )
Rifa’i : hmm...pasti prajuritnya nglekor
kayak kita dulu.
Alif : ngaco kalian. Istiqomah
subuhlah.
Haikal : iya, kalau tak bangun pasti
prajuritnya ditembak kalau gak subuhan.
Semua : hahaha...
Rahman : santri lain mana ?
Rasyid : tuh
Rosyiana : apa ? kangen ya ?
Rifa’i : ye... GR kamu. Wah kayak reauni
ya. Rame.
Rosyiana : iya, Alhamdulillah berkat do’a romo
yai kita sukses.
Fatimah : Alhamdulillah kita semua dulu
bandelnya masya Allah.
Aqila : hahaha..... rasanya seperti
tidak mungkin.
Alif : Mungkin kalau Allah
menghendaki. Ini juga berkat ketulusan dan kesabaran guru kita dalam mendidik.
Rahman : Ayo, kita sowan dulu. Aq rindu romo
yai.
Haikal : Baik, ayo.
Semua
santri dulupun menuju kerumah sang kyai. Terlihat dari kejauhan sang Kyai masih
mengamalkan ilmu.
Rahman : Assalamualaikum
Pak
Kyai : Wa’alaikumsalam warohmah.
Pelajarannya selesai dulu kalia boleh kembali ( berbicara kepada muridnya).
Silahkan duduk ( bersalaman)
Alif : Ngapunten yai ganggu jenengan.
Pak
Kyai : tidak papa. Seperti
mengenang masa lalu ya. Kalian ini muncul di televisi membuat saya terkejut dan
haru saja.
Bilqis : itu bukan apa-apa yai.
Pak
Kyai : bukan apa-apa gimana? Lah
wong wajah kalian muncul di tivi setelah kalian menghilang. Lah kog cepat
banget.
Zahra : itu tidak seperti apa yang Romo
yai berikan. Justru kami bersyukur kepada Romo yai.
Rasyid : dengan kesabaran dan ketulusan
Romo yai dalam mendidik kami walau kami membuat romo yai beristighfar.
Pak
Kyai : kalian masih megingatnya
toh.
Haikal : Engjeh yai. Itu semua kenangan
yang patut diingat.
Pak
Kyai : alhamdulillah, kalian bisa
sukses seperti yang diinginkan.
Fatimah : berkat romo yai juga kami seperti
ini.
Pak
Kyai : haha... alif sudahkah jadi
komandan yang istiqomah dengan subuhnya ?
Alif : hehe... sudah yai.
Aqila : Alhamdulillah, bang Alif sudah
jadi komandan yang istiqomah dengan subuhnya yai. Kalau tidak pasti malu sama
prajuritnya, karena komandannya mantan pondok.
Semua : hahah...
Itulah
akhir dari kisah kesabaran sang kyai
dalam mendidik muridnya dengan bekal sabar dan ketulusan.
THE END
Tidak ada komentar:
Posting Komentar