Sabtu, 21 Mei 2016

DRAMA KESABARAN SANG KIAI


KESABARAN SANG KIAI
BY : Dr. KHOZIN

            Dimalam yang penuh rahmat Allah. Seorang guru bersujud, berpasrah, mendo’akan santri-santri yang menjadi kebanggaan beliau. Malam yang hening, sunyi terdengar suara radio malam berbunyi dimalam sepertiga yang sunyi. Seorang guru menjadi panutan para santri, beliau berdo’a dengan segenap ketulusannya. Dari arah timur terdengar adzan subuh berkumandang.
Allohu Akbar 2x...
Sang Kiai         : Masya Allah, anak-anak ini dimana ?
            Beliaupun berjalan menuju kamar santri putra, dan melihat santrinya masih terlelap dalam pulau kapuk.
Sang Kiai         : ( tertegun ) Masya Allah, lah kog nglekor tenan.
                         Ayo bangun,bangun. Rasyid, rifai, ayo bangun, bangun.
Rasyid             : ehm...masih ngantuk yai.
Sang Kiai         : Semua juga ngantuk, ayo bangun, ambil wudhu.
Rifa’i               : Pak kiai ini gimana toh? Inikan masih jam 12 malam.
Sang Kiai         : Kamu ini nglindur ya. Jam kamu mati ya ?. ini sudah subuh semua mushola sudah adzan. Cepat ambil wudhu.
Rasyid             : Siap yai.
            Setelah meninggalkan santri putra, berlanjut menuju santri putri.
Sang Kiai         : Allohuakbbar... perawan-perawan, sudah subuh masih tidur. Fatimah, Rosyiana ayo bangun. Subuh.
Rosyiana          : Engjeh pak yai, siap ada maling disana.
Sang Kiai         : Maling-maling, yang maling tuh syetan. Sudah jangan ngaco. Sudah subuh segera ambil wudhu.
Rosyiana          : Engjeh yai.
            Beliaupun menuju ke tempat sholat untuk berjama’ah. Selama berjama’ah, masih ada hawa-hawa syetan yang merasuk dalam bisikan. Saat semua salam. Ada salah satu santri yang lama bersujud. Melihat hal itu beliau membangunkannya.
Sang Kiai         : ehm ( dehem dengan keras )
Alif                  : Siap komandan, pencurinya sudah ketemu. Eh... romo yai, ngapunten lagi belajar militer.
Sang Kiai         : Iya, Insya Allah kamu jadi komandan. Tetapi jadilah komandan yang istiqomah dengan subuhnya ( kembali menjalani wiridannya).
Rasyid             : HAHAHAHA. . . komandan mimpi kali ya. ( agak berbisik )
            Begitulah sifat beliau kepada muridnya, walaupun para santri membuat beliau selalu mengucapkan Istighfar. Beliau tidak pernah mengucapkan perkataan yang kasar, bahkan membunuh perasaan para santri. Sifat yang bijaksana, welas asih, rasa ingin membuat perubahan. Suatu hari 2 santri putra pergi membeli rokok untuk sang Kiai. Ditengah perjalanan mendengar suara perempuan meminta tolong. Merekapun berdua menuju suara tersebut.
Rasyid             : Hei... bang, jenengan ngapain ?
Alif                  : Mbak Anna tidak papa ?
Anna                : Tidak papa ( dengan wajah ketakutan .
Preman/Joko      : kalian ini mengganggu saja.
Alif                  : mengganggu gimana bang ? kita mau membantu mbak Anna dari bahaya.
Joko                 : Kamu pikir saya berbahaya.
Alif                  : Saya tidak bilang, abang berbahaya.
Rasyid             : bang, tidak baik berduaan ditempat sepi.
Joko                 : Halah,,, jangan munafik loe, sok alim. Anak kecil tahu apa.
Alif                  : Kita mengingatkan abang, jangan terlalu menggoda gadis ditempat sepi, nanti ada syetannya.
Joko                 : iya, syetannya kalian berdua!
Rasyid             : bang kan kita bicara baik-baik( mulai bernada tinggi ).
Alif                  : Rasyid, jangan pake kekerasan, gak boleh. Maafkan kami bang, kami mengingatkan abang saja.
Joko                 : halah, sok alim kalian. Dasar anak kecil, bilang sama pak kyai mu, aku ndak takut ( lalu pergi).
Rasyid                         : kalau ane besar, ane gampleng tuh orang.
Alif                  : Syuut, mbak Annak tidak papa ?
Anna                : tidak papa, terima kasih.
Alif                  : monggo mbak Anna pulang duluan.
Anna                : Iya, sekali lagi terima kasih ( lalau pergi ).
Rasyid             : ehm. .ehm . . ada yang kasmaran nie.
Alif                  : kamu ini, ayo cepat sudah ditunggu santri lain.
            Seperti kegiatan biasanya, mengadakan rutinitas pengajian bersama santri putra dan putri. Ditengah-tengah pengajian, terlihat warga kampung berbondong-bondong menuju pondok tersebut.
Warga              : pasung, pasung
Warga              : bakar, bakar, bakar!
Joko                 : keluar !
Sang Kyai        : Rohman, ada apa itu ?
Rohman           : Dugo yai, kulo mboten semerep. Kadose masalahipun kang ageng.
            Beliaupun menghampiri warga, diikuti para santri yang lain.
Joko                 : keluar dari kampung.!
Warga              : Iya! Keluar dari kampung ini!
Sang Kiai         : emangnya ada apa ? bapak-bapak, ibu-ibu datang kesini.
Joko                 : Halah, jangan sok suci, sok alim, pakai ngajarkan anak-anak kecil sok tahu seperti santri anda( amarah memuncak).
Sang Kiai         : permasalahan panjenengan itu gimana ?
Joko                 : bilang sama santri anda jangan munafik.
Sang Kiai         : Munafik bagaimana maksud anda ?
Dukun/ pk dede   : Santri pak kyai telah berbuat zina kepada anak saya Anna ( marah ).
            Semua mendengar mengucapkan istighfar.
Sang Kiai         : tidak baik menuduh orang lain pak.
Joko                 : bukan menuduh melainkan kenyataan.!
Pak dede          : asal pak kyai tahu kami sudah menerima pak kyai dikampung ini dan saya membiarkan warga berobat kepada saya, habis dan beralih kepada pak kyai.
Sang Kyai        : ( Istighfar)
Rosyiana          : Atuk ini gimana ?! rizki itu sudah diatur oleh Yang Maha Kuase. Macam mana ini. Punya otak dipakai dikaki.
Joko                 : Hei...gadis! diam kau ! kalau tak, gue sobek mulut kau.
Sang Kyai        : Sekali lagi saya minta maaf kepada semua.
Pak Dede         : Minta maaf saja tidak cukup, bagaimana dengan santri anda yang berbuat zina kepada anak saya !
Sang kyai         : sekali lagi saya minta maaf. Apa benar yang pak Dede bicarakan terhadap santri saya ?
Joko                 : Sangat benar ! ini buktinya! ( menunjukkan foto dihpnya).
            (Semua santri dan pak Kyai beristighfar.)
Alif                  : Demi Allah romo yai, saya ndak melakukan hal yang sekeji itu. Apalagi dengan wanita yang sholihah.( memandang Joko dan bertanya). Bang, kenapa anda memfitnah saya ?
Joko                 : Siapa yang memfitnah ? itu kenyataan dan itu buktinya.
Alif                  : Demi Allah yang menciptakan semesta alam. Saya ndak melakukan apa yang abang Joko katakan.
Rasyid             : Engjeh yai, hal itu tidak terjadi. Itu hanya omong kosong dan fitnah.
Alif                  : Mbak Anna, andakan tahu yang sebenarnya ?
Pak Dede         : Anna apa yang dikatakan santri ini benar ?
Anna                : Sa..saya..
Joko                 : Halah, anna itu malu pak dede.
Zahra               : Bang ! biarkan dia bicara dulu.
            Tiba-tiba pak Burhan datang dan memisahkan keduanya.
Pak Burhan      : Ada apa ini ?
Joko                 : ini! Pondok yang bapak istimewakan tlah membuat rusuh kampung ini !
Anna                : Tidak !
P. dede             : apa maksudmu ?
P. Burhan         : saya melihat ada yang tidak beres dengan masalah ini.
Warga 1           : Santri pak kyai ini berbuat zina terhadap anak Pak Dede.
P. burhan         : ( istighfar ) hal itu tidak mungkin.
Joko                 : ini buktinya !
Pak Burhan      : ( berfikir) memang ini santri pak kyai, tapi hal itu tidak mungkin terjadi. Saya yakin santri pak kyai tidak sepereti yang kalian pikirkan.
Joko                 : Pak Burhan, sudahlah anda jangan membela pondok ini, sudah sepantasnya pondok ii bubar dan kita tidak kena adzabnya.
            Semua istighfar.
Aqila                : Bang, jaga mulut anda. Jangan terlalu menuduh orang lain. Kakak saya tidak mungkin seperti itu ataukah anda yang melakukan perzinaan terhadap mbak Anna.
Joko                 : ku hajar kau !( siap-siap menghantam aqila).
Pak Burhan      : sudah,sudah, masalah ini akan saya selesaikan. Saya mohon bapak2, ibu2 bersabar menunggu kelanjutannya.
Pak Dede         : baik, saya tunggu 2 minggu lagi. Kalau tidak. Silahkan pak kyai dan para santri angkat kaki dari kampung ini.
Pak Kyai          : Insya Allah.
Pak Dede         : Ayo, bapak2 ibu2 kita kembali.
Joko                 : dan ajarkan santri pak kyai berbicara sopan.
            Semua wargapun bubar. Tinggallah pak kyai dan santrinya.
Alif                  : romo yai, kulo nuwun ngapunten ingkang sanget.
Pak Kyai          : Endak papa, silahkan kalian kembali ke kamar masing2, ( santri2 keluar).
Pak Burhan      : Maafkan para warga yai.
Pak Kyai          : Tidak papa. Oh...iya pak Burhan, kebetulan saya ingin bicara dengan anda. Boleh kerumah saya ?
Pak Burhan      : wah pak Kyai cocok sekali, saya juga ada perlu dengan jenengan. Kalau gitu sekarang aja yai. Monggo. ( keluar bersama).
            2 minggu kemudian, warga datang kembali meminta kelanjutan masalah tersebut, setelah diteliti, alif memang tidak bersalah, tetapi si pefitnah tidak terima dengan apa yang lebih nyata. Disaat Joko tidak terima dengan kenyataannya. Tiba-tiba polisi datang.
Polisi 1 : Maaf mengganggu.
Joko                 : lah kebetulan sekali, ini silahkan tangkap bajingan ini.
Polisi 2 : Maaf, siapa diantara kalian semua yang bernama Joko ?
Joko                 : iya, saya.
Polisi 1 : saya dapat tugas untuk membawa anda ke kantor polisi.
Joko                 : Loh kog saya, kenapa ? justru bapak menangkap santri pak kyai ini.
Anna                : Tidak ! selama satu bulan saya memendam kepada semua, termasuk kepada ayah ( menatap ayahnya) sungguh keji yang dituduhkan bang Joko terhadao alif. Yang dituduhkan bang Joko bukanlah yang sebenarnya. Dan ini buktinya ( memberikan Hp terhdap ayahnya).
Pak Dede         : darimana ini ?
Manda             : Dari saya, tanpa sengaja saya berada disitu. Memang benar. Joko telah melakukan tuduhan yang salah, justru dialah yang salah.
Polisi 2             : saya mengetahuinya, silahkan anda ikut kami ke kantor ( memegang tangan joko dan keluar.)
Pak Dede         : Pak kyai, saya minta maaf atas masalah ini, saya tidak tahu kalau saya dihasut untuk terus membenci anda dan santri lain.
Pak Kyai          : tidak papa, sudah wajar kalau manusia punya salah.
Pak Dede         : Saya khilaf, saya ingin bertobat.
Pak Kyai          : Alhamdulillah
Pak Dede         : tuntunlah saya pada pintu Allah.
Pak Kyai          : Insya Allah.
            Begitulah kebijaksanaan, kesabaran, ketulusan beliau untuk para muridnya dan para warga sekitarpun menaruh kepercayaan yang lebih untuk pondok pesantren tersebut.
5 TAHUN KEMUDIAN
            Para santri yang dulu, yang membuat sang kyai harus sabar, kini menjadi sosok yang dibanggakan, sosok yang bisa sukses. Dan inilah santri-santri yang dulunya butuh kesabaran yang tinggi.
Rasyid             : Alif, KAUKAH ITU ?
Alif                  : Iya, siapa ya ?
Rasyid             : Masya Allah, Subhanalloh lama banget ndak bertemu, Ane Rasyid.
Alif                  : Rasyid Hasbulloh
Rasyid             : yaiyalah masa’ Rasyid maling.
Alif                  : hahah ( berpeluk) gimana kabarmu ? lama sekali.
            Datang Rahman, Haikal, dan Rifa’i datang.
Haikal              : Hai ...bro. Rasyid, Alif. ( bersalaman)
Alif                  : Eh... kamu siapa ?
Rifai                : Ah....ngaco kau ( langsung memeluk Alif) kangen aku sama kalian. Weee... pakai jas pula. Jadi apa kau ?
Alif                  : jadi komandalah, seperti do’anya romo yai.
Rohman           : kalau subuh tidur tidak ? ( menggoda )
Rifa’i               : hmm...pasti prajuritnya nglekor kayak kita dulu.
Alif                  : ngaco kalian. Istiqomah subuhlah.
Haikal              : iya, kalau tak bangun pasti prajuritnya ditembak kalau gak subuhan.
Semua              : hahaha...
Rahman           : santri lain mana ?
Rasyid             : tuh
Rosyiana          : apa ? kangen ya ?
Rifa’i               : ye... GR kamu. Wah kayak reauni ya. Rame.
Rosyiana          : iya, Alhamdulillah berkat do’a romo yai kita sukses.
Fatimah            : Alhamdulillah kita semua dulu bandelnya masya Allah.
Aqila                : hahaha..... rasanya seperti tidak mungkin.
Alif                  : Mungkin kalau Allah menghendaki. Ini juga berkat ketulusan dan kesabaran guru kita dalam mendidik.
Rahman           : Ayo, kita sowan dulu. Aq rindu romo yai.
Haikal              : Baik, ayo.
            Semua santri dulupun menuju kerumah sang kyai. Terlihat dari kejauhan sang Kyai masih mengamalkan ilmu.
Rahman           : Assalamualaikum
Pak Kyai          : Wa’alaikumsalam warohmah. Pelajarannya selesai dulu kalia boleh kembali ( berbicara kepada muridnya). Silahkan duduk ( bersalaman)
Alif                  : Ngapunten yai ganggu jenengan.
Pak Kyai          : tidak papa. Seperti mengenang masa lalu ya. Kalian ini muncul di televisi membuat saya terkejut dan haru saja.
Bilqis               : itu bukan apa-apa yai.
Pak Kyai          : bukan apa-apa gimana? Lah wong wajah kalian muncul di tivi setelah kalian menghilang. Lah kog cepat banget.
Zahra               : itu tidak seperti apa yang Romo yai berikan. Justru kami bersyukur kepada Romo yai.
Rasyid             : dengan kesabaran dan ketulusan Romo yai dalam mendidik kami walau kami membuat romo yai beristighfar.
Pak Kyai          : kalian masih megingatnya toh.
Haikal              : Engjeh yai. Itu semua kenangan yang patut diingat.
Pak Kyai          : alhamdulillah, kalian bisa sukses seperti yang diinginkan.
Fatimah            : berkat romo yai juga kami seperti ini.
Pak Kyai          : haha... alif sudahkah jadi komandan yang istiqomah dengan subuhnya ?
Alif                  : hehe... sudah yai.
Aqila                : Alhamdulillah, bang Alif sudah jadi komandan yang istiqomah dengan subuhnya yai. Kalau tidak pasti malu sama prajuritnya, karena komandannya mantan pondok.
Semua              : hahah...
            Itulah akhir dari kisah kesabaran sang kyai dalam mendidik muridnya dengan bekal sabar dan ketulusan.
THE END

Tidak ada komentar:

Posting Komentar